Thursday, September 22, 2016

Mimpi Menunaikan Ibadah Haji Bersama Suami dan Anak

Masha Allah, merinding sekali setiap terdengar kalimat talbiyah didengungkan. Hati seperti terpanggil-panggil untuk segera mengunjungi rumah Allah di Mekah. Setiap muslim pasti ya ingin sekali bisa menunaikan rukun Islam yang kelima, yaitu haji. Saya pun demikian. Dulu sewaktu masih bekerja di Bank Muamalat, entah mengapa saya selalu terharu melihat nasabah yang mengurus setoran awal maupun pelunasan ongkos naik haji (ONH). Bahkan tanpa malu-malu saya selalu minta didoakan agar bisa segera menyusul. 


Namun lamanya masa antri, membuat saya terpikir untuk umroh terlebih dahulu. Dan saya sangat ingin sekali bisa menunaikan ibadah umroh bersama suami dan anak.Keinginan saya tersebut tercetus saat beberapa tahun lalu melihat tayangan di televisi, Mandala Shoji yang mengajak anaknya umroh. Padahal waktu itu usia putri pertamanya belum genap dua tahun. Lalu keinginan untuk umroh bersama anak semakin menggebu saat melihat Mbak Asri (ibu susuan Aleisha) umroh bersama suami dan putrinya. Ya Allah… saya iri banget. Tidak apa-apa kan iri dalam rangka kebaikan :) Apalagi ketika Mbak Asri bercerita, banyak sekali kemudahan yang diperoleh ketika mengajak putrinya.

Mb Astri Hapsari hooh mb. G tega ninggalin Kinan sendirian. Lgpula k sini bw balita bener2 membawa berkah. Wkwwk… Td aku pas d raudah, krn bw anak sm petugasnya d cariin tempat bt sholat, yg lainnya pd rebutan. Trus org2 yg ketemu pd ngelus kepalanya n doain, pd nanya namanya sp setelah kusebut medina tambah didoain. Alhamdulillah… Pake travelku aja mb, alhamdulillah sampe saat ini memuaskan.

Kemudian saya pun menguatkan mimpi untuk bisa umroh bersama keluarga kecil. Inginnya sih mimpi itu terwujud di tahun depan. Saya pun mencari tahu pengalaman para orang tua lainnya, terutama ibu, saat mengajak anaknya umroh. Dan menemukan artikel Umroh Ramadhan Bersama Anak di Mommies Daily. Malahan Mbak Nida, penulisnya, membawa dua balita berumur lima dan satu setengah tahun. Wow! Beliau juga menceritakan berbagai kemudahan yang diperoleh karena membawa anak-anak umroh.

Supaya keinginan saya terwujud, saya harus menyelaraskan dengan suami. Namun saat saya mengutarakan mimpi saya tersebut, suami malah merespon lebih.
“Kenapa enggak haji sekalian?”
Mata saya langsung membulat.
“Haji? Kelamaan ah! Ngantrinya aja dua belas tahun.”
“Ya kalau Allah berkendak, tahun depan kita juga bisa berangkat. Yang penting niat dan usaha dulu yang sungguh-sungguh.”
Deg! Benar kata suami. Bukankah jika Allah sudah berkehendak, maka akan terjadi. Seperti dalam firmanNya.

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah! Maka jadilah ia.”
(QS Al Baqarah: 117)


Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “kun (jadilah)”, maka jadilah ia”.
(QS An Nahl: 40)

Lalu suami menceritakan tentang temannya yang Insha Allah akan berangkat haji tahun ini bersama istrinya. Tidak tanggung-tanggung, ia berangkat sebagai tamu kerajaan. Bayangkan fasilitas yang diperolehnya. Jadi teman suami tersebut pernah membantu menyelesaikan masalah hukum seorang ulama Arab Saudi. Syekh tersebut salah satu juri di Hafidz Indonesia. Yang sering nonton pasti tahu ya. Lalu sebagai ucapan terima kasih, teman suami itu diundang untuk berkunjung ke rumah Allah. Masha Allah…

Saya lantas menambah mimpi saya. Iya, saya tidak merubahnya. Mimpi umroh tetap saya pelihara. Namun, saya ingin yang terwujud dalam waktu 2 – 3 tahun ini adalah berhaji.

Untuk mempersiapkannya, berarti dari sekarang kami harus menabung. Kami memilih menabung dinar. Berapa pun berusaha kami sisihkan untuk membeli dinar. Biarlah nanti Allah yang mencukupkan. Buat saya yang terpenting saat ini hanyalah sungguh-sungguh berusaha untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima. Saya yakin kok. Allah akan memampukan mereka yang terpanggil, bukan sekedar memanggil yang mampu. Sudah banyak kan buktinya, seorang tukang tambal ban, tukang sayur, tukang jaga ternak, dan pekerjaan lain yang secara kasat mata bakalan lama nabung buat naik haji. Tapi ternyata, justru mereka pada akhirnya mendapat panggilan menuju Baitullah. Sedangkan yang tampaknya mampu, belum juga berangkat karena merasa belum terpanggil.

Selain menabung, saya juga harus banyak berdoa. Semoga Allah berkenan mengizinkan kami mengunjungi rumahNya. Dan memperbanyak sedekah. Ya, kita pasti semua tahu ya. Sedekah membukakan pintu rezeki. Ditambah dengan doa orang tua. Insha Allah kalau tahun ini orang tua saya mendapat panggilan dan berangkat, saya minta didoakan agar bisa menyusul. Walaupun saya tahu, tanpa meminta, orang tua akan mendoakan anaknya.

Tidak. Saya menulis postingan ini bukan untuk woro-woro bahwa saya sedang berusaha untuk bisa naik haji. Saya hanya ingin siapa pun yang berkunjung ke blog ini, dapat membantu mendoaka. Amiin-kan ya, teman :) Insha Allah malaikat akan mendokan yang sama untukmu :)
Untuk artikel Umroh Ramadhan Bersama Anak bisa dibaca di sini.

0 comments

Post a Comment