Thursday, June 30, 2016

Memang Ayah Tak Menyu"suimu, Tapi Setiap Tetesan Keringat Ayah Menjadi Air Su.su Yang Membesarkanmu....

Mungkin ibu lebih sering menelpon untuk bertanya kondisiku sehari-hari, namun apakah saya tahu, kalau sesungguhnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku? 

Semasa kecil, ibukulah yang seringkali menggendongku. Namun apakah saya tau kalau saat ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu bertanya apa yang saya kerjakan sepanjang hari, walaupun beliau tidak ajukan pertanyaan segera kepadaku lantaran karena sangat letihnya mencari nafkah serta melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku. 

Waktu saya sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Janganlah minum es! ” Lalu saya merengut menjauhi ayahku serta menangis didepan ibu. 

Namun apakah saya tahu kalau ayahlah yang kuatir dengan kondisiku, hingga beliau cuma dapat mengg!g!t bibir menahan kes4kitanku. 

Saat saya remaja, saya memohon izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak bisa! ”Sadarkah saya, kalau ayahku cuma menginginkan melindungi saya, beliau lebih tahu dunia luar, dibanding saya bahkan juga ibuku? 

Lantaran untuk ayah, saya yaitu suatu hal yang begitu bernilai. Waktu saya telah dipercayai olehnya, bapak juga melonggarkan ketentuannya. 

Jadi terkadang saya tidak mematuhi kepercayaannya. Ayahlah yang setia menanti saya diruang tamu dengan rasa begitu kuatir, bahkan juga hingga menyuruh ibu untuk mengontak sebagian rekannya untuk bertanya kondisiku, ”dimana, serta tengah apa saya di luar sana. ” 

Sesudah saya dewasa, walaupun ibu yang mengantar saya ke sekolah untuk belajar, namun tahukah saya, kalau ayahlah yang berkata : Ibu, temanilah anakmu, saya pergi mencari nafkah dahulu buat kita bersama. 

Sewaktu saya merengek membutuhkan ini – itu, untuk kepentingan kuliahku, ayah cuma mengerutkan dahi, tanpa ada menolak, beliau memenuhinya, serta hanya memikirkan, kemana saya harus mencari uang penambahan, walau sebenarnya gajiku pas-pasan serta telah tidak ada lagi tempat untuk meminjam. 

Waktu saya berjaya. Bapak yaitu orang pertama yang berdiri serta bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku saat ini berhasil. ” Walaupun terkadang saya hanya dapat membelikan pakaian koko itu juga hanya satu tahun sekali. Ayah bakal tersenyum dengan bangga. 

Dalam sujudnya ayah juga tak kalah dengan doanya ibu, hanya bedanya ayah taruh doa itu dalam hatinya. Hingga saat kelak saya temukan jodohku, ayahku bakal begitu berhati – hati mengizinkannya. 

Dan akhirnya, waktu ayah melihatku duduk di atas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. Lalu pernahkah saya memergoki, kalau ayah pernah pergi ke belakang serta menangis? Ayah menangis lantaran ayah begitu bahagia. Serta beliau juga berdoa, “Ya Alloh, tugasku sudah usai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya. 

”Pesan ibu ke anak untuk seseorang Ayah” 

Anakku.. 

Memanglah ayah tak meng4ndungmu, 
namun d4rahnya mengalir di d4rahmu, namanya menempel dinamamu … 
Memang ayah tidak mel4hirkanmu, 
Memang ayah tidak menyu"suimu, 
namun dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air su.sumu … 

Nak.. 

Ayah memanglah tidak menjagaimu setiap saat, 
namun tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya … 
Tangisan ayah mungkin saja tidak pernah kau dengar lantaran dia menginginkan terlihat ku4t supaya kau tidak ragu untuk berlindung di lengannya serta dadanya saat kau terasa tidak aman… 

P3lukan ayahmu mungkin saja tidak seh4ngat serta seerat ibu, lantaran kecintaanya dia takut tidak mampu melepaskanmu… 
Dia ingin kau mandiri, supaya saat kami tidak ada kau mampu hadapi semuanya sendiri.. 

Ibucuma menginginkan kau tahu nak.. 
bahwa… 
Cinta ayah padamu sama besarnya dengan cinta ibu.. 
Anakku… 
Jadi didirinya juga ada surga bagimu… Jadi hormati serta sayangi ayahmu

0 comments

Post a Comment